Sabtu, 30 Juni 2012

FITOKIMIA " Bunga Kamboja putih"


BAB  I
PENDAHULUAN

Bangsa Yunani kuno juga banyak menyimpan catatan mengenai penggunaan tanaman obat yaitu Hyppocrates (466 tahun sebelum masehi), Theophrastus (372 tahun sebelum masehi) dan Pedanios Dioscorides (100 tahun sebelum masehi) membuat himpunan keterangan terinci mengenai ribuan tanaman obat dalam De Materia Medica. Di Indonesia, pemanfaatan tanaman sebagai obat-obatan juga telah berlangsung ribuan tahun yang lalu. Tetapi penggunaan belum terdokumentasi dengan baik. Pada pertengahan abad ke XVII seorang botanikus bernama Jacobus Rontius (1592–1631) mengumumkan khasiat tumbuh-tumbuhan dalam bukunya De Indiae Untriusquere Naturali et Medica. Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. (Nadjeeb,2010)
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.
Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia dan tablet. ( Wikipedia, 2011)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang diinginkan larut. Adapun metode  ekstraksi yang di gunakan yaitu  Ekstraksi secara dingin ( metode maserasi, dan metode perkolasi ) ekstraksi secara panas (metode refluks, metode destilasi uap, dan metode Soxhletasi)
Tanaman kamboja ini mengandung beberapa senyawa seperti fuvoplumierin, yang memperlihatkan daya mencegah pertumbuhan bakteri. Di samping itu juga mengandung minyak menguap antara lain: geraniol, farnesol, sitronellol, fenetilalkohol dan linallol. Juga terdapat saponin,  zat pahit dan damar. (ipi_pdii, 2001)
            Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah apakah bunga kamboja ( pulumeria alba) baik diekstraksi secara perkolasi
            Adapun tujuan dari praktikum adalah untuk mengekstraksi dan mengidentifikasi komponen kimia dari bunga kamboja (Pulumeria alba).
            Manfaat dari percobaan ini adalah untuk mengetahui metode yang baik untuk mengekstraksi dan mengidentifikasi komponen kimia dari bunga kamboja (Pulumeria alba) dan melengkapi informasi tentang bunga kamboja.
Tujuan praktikum yaitu pada akhir oraktikum diharapkan mahasiswa paham dan terampil melakukan ektraksi secara perkolasi dan diharapkan mahasiswa dapat memodifikasi sendiri alat perkolasi.
Maksud praktikum untuk mengetahui dan memahami cara-cara penyarian suatu simplisia.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Uraian Tanaman Bunga Kamboja Putih (Plumeria alba).
1.    Klasifikasi
Kingdom       : Plantae
Divisi                         :  Spermatophyta
Subdivisi      :  Angiospermae
Kelas             :  Dicotyledonae
Bangsa         :  Apocynales
Suku                         :  Apocyanaceae
Marga            :  Plumeria
Jenis             :  Plumeria alba (Adrian dan Endang Sulistyorini, 2009)
2.    Morfologi
Tanaman kamboja mempunyai pohon dengan tinggi batang 1,5-6 m, bengkok, dan mengandung getah. Tumbuhan asal Amerika ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan, taman, dan umumnya di daerah pekuburan, atau tumbuh secara liar. Tumbuh di daerah dataran rendah 1-700 m di atas permukaan laut. Rantingnya besar, daun berkelompok rapat pada ujung ranting, bertangkai panjang, memanjang berbentuk lanset, panjang daun 20-40 cm, lebar 6-12,5 cm, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, tulang daun menyirip. Bunga dalam malai rata, berkumpul diujung ranting, kelopak kecil, sisi dalam tanpa kelenjar, mahkota berbentuk corong, sisi dalam berambut, sisi luar kemerahan atau putih, sisi dalam agak kuning, putih atau merah, berbau harum. Tangkai putik pendek, tumpul, lebar, bakal buah 1 atau 2, saling berjauhan, berbentuk tabung gepeng memanjang, panjang 18-20 cm, lebar 1-2 cm, berbiji banyak, biji bersayap, tanpa kuncung rambut, ketika masih muda berwarna hijau, setelah tua hitam kecoklatan. (Adrian dan Endang Sulistyorini, 2009)
3.    Nama Daerah (Yulius, 2008)
a.    Indonesia           : Kamboja
b.    Jawa                    : Semboja
c.    Bali                      : Bunga jebun
d.    Sunda                 : Samoja, Kamoja
e.    Gorontalo           : Bunga lomilate
f.     Madura               : Campaka molja/bakul
g.    Minangkabau    : Pandam
h.    Minahasa           : Karasuti, Kolosusu, Tintis
i.      Tidore                  : Capaka kubu
4.    Kandungan kimia
Tanaman kamboja (Plumeria acuminate, W.T.Ait) mengandung senyawa agoniadin, plumierid, asam plumerat, lipeol, dan asam serotinat, plumierid merupakan suatu zat pahit beracun. Kandungan kimia getah tanaman ini adalah damar dan asam plumeria C10H10O5 (oxymethyl dioxykaneelzuur) sedangkan kulitnya mengandung zat pahit beracun. Menurut Syamsulhidayat dan Hutapea (1991) akar dan daun Plumeria acuminate, W.T.Ait mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol, selain itu daunnya juga mengandung alkaloid. Tumbuhan ini mengandung fulvoplumierin, yang memperlihatkan daya mencegah pertumbuhan bakteri, selain itu juga mengandung minyak atsiri antara lain geraniol, farsenol, sitronelol, fenetilalkohol dan linalool. Kulit batang kamboja mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol. (Adrian dan Endang Sulistyorini, 2009)
5.    Kegunaan
Kencing nanah (Gonorrhea), bengkak, bisul, pecah-pecah pada telapak kaki (patek, frambusia). (Yulius, 2008)
6.    Cara pengobatan secara tradisional (Yulius, 2008)
a.    Kencing Nanah (Gonorrhea)
Bahan                            : 1 Potong akar kamboja
Cara membuat                         : Direbus dengan gelas air sampai
 mendidih.
Cara menggunakan    : Diminum 1 kali sehari 1 cangkir.
b.    Patek, Puru (Frambusia)
Bahan                            : 2 Sirap kulit kamboja
Cara membuat             : Ditumbuk halus dan direbus dengan 1
  cerek air sampai mendidih.
Cara Menggunakan    : Digunakan untuk mandi dan
   menggosok yang  luka.
c.    Memulihkan Bengkak
Bahan                            : 1 Sirap kulit kamboja
Cara membuat                         : Ditumbuk halus dan direbus dengan
  0,5 cerek air sampai mendidih.
Cara menggunakan    : Digunakan untuk merendam bagian
   tubuh yang bengkak.
d.    Bisul
a.    Bahan daun kamboja dan minyak kelapa
Cara membuat                   : Daun kamboja dilemaskan dan
  diolesi dengan minyak kelapa.
Cara menggunakan          : Ditempelkan pada bagian yang
    bisul
b.    Bahan getah Kamboja
Cara membuat                   : Ambil getah kamboja dari
  pohonnya
Cara menggunakan          : Oleskan pada bagian yang bisul.


B.   Uraian Metode Ekstraksi Bahan Alam
1.    Pengertian ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. (Irwanfarmasi, 2010)
2.    Tujuan Ektraksi
Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.
3.    Macam-macam Metode Ekstraksi Bahan Alam (Medicafarma, 2008)
Adapun metode  ekstraksi yang di gunakan yaitu  Ekstraksi secara dingin (metode maserasi, dan metode perkolasi) ekstraksi secara panas (metode refluks, metode destilasi uap, dan metode Soxhletasi).
4.    Cara-cara Ekstraksi (Medicafarma, 2008)
a.    Ekstraksi Secara Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Beberapa modifikasi maserasi yaitu digesti, remaserasi, maserasi bertingkat dan maserasi melingkar bertingkat.
b.    Ekstraksi Secara Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.
c.    Ektraksi Secara Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
d.    Ektraksi Secara Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
e.    Destilasi Uap Air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.
C.   Penguapan Ekstrak
1.  Tujuan Penguapan
Tujuan dilakukannya penguapan adalah untuk menghilangkan cairan penyari yang digunakan, agar pada ekstraksi corong  pisah diperoleh hanya dua lapisan. (Fitokimiaumi, 2009)
2.  Macam-macam Ekstrak (Fitokimiaumi,2009)
Menurut farmakope Indonesia edisi III dikenal tiga macam ekstrak yaitu :
a.  Ekstrak cair             : adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil penyarian bahan alam masih mengandung larutan penyari.
b.  Ekstrak kental         : adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan, dan tidak mengandung cairan penyari lagi, tetapi konsistensinya tetap cair pada suhu kamar.
c.   Ekstrak kering        : adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dan tidak mengandung pelarut lagi dan mempunyai konsistensi padat (berwujud kering).


3.  Penguapan ekstrak dengan alat Rotavapor.
Rotary evaporator menggunakan prinsip vakum distilasi. prinsip utama alat initerletak pada penurunan  tekanan sehingga pelarut dapat menguap pada suhu dibawah titik didihnya. Rotary evaporator ini lebih di sukai karena mampu menguapkan pelarut dibawah titik didih sehingga zat yang terlarut dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi. (scribd, 2008)
4.       Uraian Tentang Kromatografi
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan berdasarkan perbedaan perpindahan dari komponen-komponen senyawa diantara dua fase yaitu fase diam, dapat berupa zat cair atau zat padat, dan fase gerak, dapat berupa gas atau zat cair. Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fase bergerak dapat berupa zat cair dan gas maka ada empat macam sistem kromatografi:
a.    Fase bergerak zat cair – fase tetap padat (kromatografi serapan):
ü  Kromatografi lapis tipis adalah Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan yang memerlukan investasi yang kecil untuk perlengkapan, menggunakan waktu yang singkat serta pemakaian pelarut dan cuplikan dalam jumlah sedikit.
ü   Kromatografi penukar ion adalah Resin pemisah ion yang biasa dipakai pada kromatografi modern. Resin penukar ion dapat didefinisi sebagai senyawa hidrokarbon terpolimerisasi, yang mengandung ikatan hubung silang (crosslinking) serta gugusan- gugusan fungsional yang mempunyai ion-ion yang dapat dipertukarkan. Teknik ini tergantung pada penukaran (adsorpsi) ion-ion di antara fase gerak dan tempat-tempat berion dari pengepak.
b.    Fase bergerak gas – fase tetap padat (kromatografi serapan):
ü  Kromatografi gas padat adalah fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa fase padat.
c.    Fase bergerak zat cair – fase tetap zat cair (kromatografi partisi):
ü  Kromatografi cair kinerja tinggi adalah HPLC secara mendasar merupakan perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom dibawah grafitasi, didukung melalui tekanan tinggi sampai dengan 400 atm. Ini membuatnya lebih cepat.
d.     Fase bergerak gas – fase tetap zat cair (kromatografi partisi):
ü  Kromatografi gas cair adalah pemisahan berdasarkan partisi. fase gerak adalah gas seperti helium dan fase diam adalah cairan yang mempunyai titik didih yang tinggi diserap pada padatan.
ü  Kromatografi kolom kapiler adalah termasuk kromatografi serapan yang sering disebut kromatografi elusi, karena senyawa yang akan terpisah akan terelusi dari kolom. (Universitas Sumatera Utara, 2004)


1 komentar:

  1. Thanks banget mbak!
    Tapi saran saya warna fontnya dirubah aja biar keliatan tulisannya...

    BalasHapus