BAB I
PENDAHULUAN
Bangsa Yunani kuno juga banyak menyimpan catatan mengenai penggunaan
tanaman obat yaitu Hyppocrates (466 tahun sebelum masehi), Theophrastus (372
tahun sebelum masehi) dan Pedanios Dioscorides (100 tahun sebelum masehi)
membuat himpunan keterangan terinci mengenai ribuan tanaman obat dalam De
Materia Medica. Di Indonesia, pemanfaatan tanaman sebagai obat-obatan juga
telah berlangsung ribuan tahun yang lalu. Tetapi penggunaan belum
terdokumentasi dengan baik. Pada pertengahan abad ke XVII seorang botanikus
bernama Jacobus Rontius (1592–1631) mengumumkan khasiat tumbuh-tumbuhan dalam
bukunya De Indiae Untriusquere Naturali et Medica. Jahe merupakan tanaman obat
berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang
tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut
sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan
minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. (Nadjeeb,2010)
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional,
turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau
kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional.
Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena
lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat
tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian
tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.
Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang
dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan
adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional
yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia dan
tablet. ( Wikipedia, 2011)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari
bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut. Adapun
metode ekstraksi yang di gunakan
yaitu Ekstraksi secara dingin ( metode
maserasi, dan metode perkolasi ) ekstraksi secara panas (metode refluks, metode
destilasi uap, dan metode Soxhletasi)
Tanaman kamboja ini
mengandung beberapa senyawa seperti fuvoplumierin, yang memperlihatkan daya
mencegah pertumbuhan bakteri. Di samping itu juga mengandung minyak menguap
antara lain: geraniol, farnesol, sitronellol, fenetilalkohol dan linallol. Juga
terdapat saponin, zat pahit dan damar.
(ipi_pdii, 2001)
Adapun rumusan masalah dari latar
belakang diatas adalah apakah bunga kamboja ( pulumeria alba) baik diekstraksi secara perkolasi
Adapun tujuan dari praktikum adalah
untuk mengekstraksi dan mengidentifikasi komponen kimia dari bunga kamboja (Pulumeria alba).
Manfaat dari percobaan ini adalah
untuk mengetahui metode yang baik untuk mengekstraksi dan mengidentifikasi komponen
kimia dari bunga kamboja (Pulumeria alba)
dan melengkapi informasi tentang bunga kamboja.
Tujuan praktikum yaitu pada akhir oraktikum diharapkan mahasiswa paham
dan terampil melakukan ektraksi secara perkolasi dan diharapkan mahasiswa dapat
memodifikasi sendiri alat perkolasi.
Maksud praktikum untuk mengetahui dan memahami cara-cara penyarian suatu
simplisia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Uraian Tanaman Bunga Kamboja Putih (Plumeria alba).
1.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Bangsa :
Apocynales
Suku : Apocyanaceae
Marga :
Plumeria
2.
Morfologi
Tanaman kamboja
mempunyai pohon dengan tinggi batang 1,5-6 m, bengkok, dan mengandung getah.
Tumbuhan asal Amerika ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan,
taman, dan umumnya di daerah pekuburan, atau tumbuh secara liar. Tumbuh di
daerah dataran rendah 1-700 m di atas permukaan laut. Rantingnya besar, daun
berkelompok rapat pada ujung ranting, bertangkai panjang, memanjang berbentuk
lanset, panjang daun 20-40 cm, lebar 6-12,5 cm, ujung meruncing, pangkal
menyempit, tepi rata, tulang daun menyirip. Bunga dalam malai rata, berkumpul
diujung ranting, kelopak kecil, sisi dalam tanpa kelenjar, mahkota berbentuk
corong, sisi dalam berambut, sisi luar kemerahan atau putih, sisi dalam agak
kuning, putih atau merah, berbau harum. Tangkai putik pendek, tumpul, lebar,
bakal buah 1 atau 2, saling berjauhan, berbentuk tabung gepeng memanjang,
panjang 18-20 cm, lebar 1-2 cm, berbiji banyak, biji bersayap, tanpa kuncung
rambut, ketika masih muda berwarna hijau, setelah tua hitam kecoklatan. (Adrian
dan Endang Sulistyorini, 2009)
3.
Nama Daerah (Yulius,
2008)
a.
Indonesia : Kamboja
b.
Jawa : Semboja
c.
Bali : Bunga jebun
d.
Sunda : Samoja, Kamoja
e.
Gorontalo : Bunga lomilate
f.
Madura : Campaka molja/bakul
g.
Minangkabau : Pandam
h.
Minahasa : Karasuti, Kolosusu, Tintis
i. Tidore :
Capaka kubu
4.
Kandungan kimia
Tanaman kamboja (Plumeria acuminate, W.T.Ait) mengandung senyawa agoniadin, plumierid, asam plumerat, lipeol, dan asam serotinat, plumierid merupakan suatu zat pahit beracun. Kandungan
kimia getah tanaman ini adalah damar dan asam plumeria C10H10O5
(oxymethyl dioxykaneelzuur) sedangkan kulitnya
mengandung zat pahit beracun. Menurut Syamsulhidayat dan Hutapea (1991) akar
dan daun Plumeria acuminate, W.T.Ait mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol, selain itu daunnya juga
mengandung alkaloid. Tumbuhan ini mengandung fulvoplumierin, yang memperlihatkan daya mencegah
pertumbuhan bakteri, selain itu juga mengandung minyak atsiri antara lain geraniol, farsenol, sitronelol, fenetilalkohol dan linalool. Kulit batang kamboja mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol. (Adrian dan Endang Sulistyorini,
2009)
5.
Kegunaan
Kencing nanah
(Gonorrhea), bengkak, bisul, pecah-pecah pada telapak kaki (patek, frambusia).
(Yulius, 2008)
6.
Cara
pengobatan secara tradisional (Yulius,
2008)
a.
Kencing
Nanah (Gonorrhea)
Bahan : 1 Potong akar
kamboja
Cara membuat : Direbus dengan gelas
air sampai
mendidih.
Cara menggunakan : Diminum 1 kali sehari 1 cangkir.
b.
Patek, Puru
(Frambusia)
Bahan : 2 Sirap kulit
kamboja
Cara membuat : Ditumbuk halus dan direbus dengan
1
cerek air sampai mendidih.
Cara Menggunakan : Digunakan untuk mandi dan
menggosok yang luka.
c.
Memulihkan
Bengkak
Bahan : 1 Sirap kulit
kamboja
Cara membuat : Ditumbuk halus dan
direbus dengan
0,5
cerek air sampai mendidih.
Cara menggunakan : Digunakan untuk merendam bagian
tubuh yang bengkak.
d.
Bisul
a.
Bahan daun
kamboja dan minyak kelapa
Cara membuat : Daun kamboja dilemaskan dan
diolesi dengan minyak kelapa.
Cara menggunakan : Ditempelkan pada bagian yang
bisul
b.
Bahan getah
Kamboja
Cara membuat : Ambil getah kamboja dari
pohonnya
Cara menggunakan :
Oleskan pada bagian yang bisul.
B.
Uraian Metode Ekstraksi Bahan Alam
1.
Pengertian
ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu
zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut
yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu
pelarut ke pelarut yang lain. (Irwanfarmasi, 2010)
2.
Tujuan
Ektraksi
Adapun tujuan dari
ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.
Adapun
metode ekstraksi yang di gunakan
yaitu Ekstraksi secara dingin (metode
maserasi, dan metode perkolasi) ekstraksi secara panas (metode refluks, metode
destilasi uap, dan metode Soxhletasi).
a. Ekstraksi
Secara Maserasi
Penyarian
zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari
cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari
setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Beberapa modifikasi maserasi yaitu digesti, remaserasi, maserasi bertingkat dan
maserasi melingkar bertingkat.
b. Ekstraksi
Secara Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke
dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh.
Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di
atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang
diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.
c. Ektraksi
Secara Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa,
cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang
jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan
penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke
labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
d. Ektraksi Secara Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke
dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan,
uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat,
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian
seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna,
penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
e. Destilasi Uap Air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam
labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu
sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap
air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan
terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap
akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak
atsiri.
C.
Penguapan Ekstrak
1. Tujuan Penguapan
Tujuan dilakukannya penguapan adalah untuk menghilangkan
cairan penyari yang digunakan, agar pada ekstraksi corong pisah diperoleh hanya dua lapisan.
(Fitokimiaumi, 2009)
2. Macam-macam
Ekstrak (Fitokimiaumi,2009)
Menurut farmakope Indonesia edisi III dikenal tiga macam
ekstrak yaitu :
a. Ekstrak
cair : adalah ekstrak yang
diperoleh dari hasil penyarian bahan alam masih mengandung larutan penyari.
b. Ekstrak
kental : adalah ekstrak yang telah
mengalami proses penguapan, dan tidak mengandung cairan penyari lagi, tetapi
konsistensinya tetap cair pada suhu kamar.
c. Ekstrak
kering : adalah ekstrak yang telah
mengalami proses penguapan dan tidak mengandung pelarut lagi dan mempunyai
konsistensi padat (berwujud kering).
3. Penguapan
ekstrak dengan alat Rotavapor.
Rotary evaporator menggunakan prinsip vakum
distilasi. prinsip utama alat initerletak pada penurunan tekanan sehingga pelarut dapat menguap pada
suhu dibawah titik didihnya. Rotary evaporator ini lebih di sukai karena mampu
menguapkan pelarut dibawah titik didih sehingga zat yang terlarut dalam pelarut
tidak rusak oleh suhu tinggi. (scribd, 2008)
4. Uraian Tentang Kromatografi
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan berdasarkan
perbedaan perpindahan dari komponen-komponen senyawa diantara dua fase yaitu
fase diam, dapat berupa zat cair atau zat padat, dan fase gerak, dapat berupa
gas atau zat cair. Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal
sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi
partisi. Karena fase bergerak dapat berupa zat cair dan gas maka ada empat
macam sistem kromatografi:
a. Fase
bergerak zat cair – fase tetap padat (kromatografi serapan):
ü Kromatografi
lapis tipis adalah Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan yang
memerlukan investasi yang kecil untuk perlengkapan, menggunakan waktu yang
singkat serta pemakaian pelarut dan cuplikan dalam jumlah sedikit.
ü Kromatografi
penukar ion adalah Resin pemisah ion yang biasa dipakai pada
kromatografi modern. Resin penukar ion dapat didefinisi sebagai senyawa
hidrokarbon terpolimerisasi,
yang mengandung ikatan hubung silang (crosslinking) serta gugusan- gugusan fungsional yang mempunyai
ion-ion yang dapat dipertukarkan. Teknik ini tergantung pada penukaran
(adsorpsi) ion-ion di antara fase gerak dan tempat-tempat berion dari pengepak.
b. Fase
bergerak gas – fase tetap padat (kromatografi serapan):
ü Kromatografi
gas padat adalah fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa fase padat.
c. Fase
bergerak zat cair – fase tetap zat cair (kromatografi partisi):
ü Kromatografi
cair kinerja tinggi adalah HPLC secara mendasar merupakan perkembangan tingkat
tinggi dari kromatografi kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom dibawah
grafitasi, didukung melalui tekanan tinggi sampai dengan 400 atm. Ini
membuatnya lebih cepat.
d. Fase bergerak gas – fase tetap zat cair
(kromatografi partisi):
ü Kromatografi
gas cair adalah pemisahan berdasarkan
partisi. fase gerak adalah gas seperti helium dan fase diam adalah cairan yang
mempunyai titik didih yang tinggi diserap pada padatan.
ü Kromatografi
kolom kapiler adalah termasuk kromatografi serapan yang sering
disebut kromatografi elusi, karena senyawa yang akan terpisah akan terelusi dari
kolom. (Universitas Sumatera Utara, 2004)